Selasa, 27 Desember 2011

Biar Cinta itu Bermuara Dengan Sendirinya

Kenapa tak pernah kau tambatkan perahumu di satu dermaga?
Padahal kulihat, bukan hanya satu pelabuhan tenang yang mau menerima.
kehadiran kapalmu!
Kalau dulu memang pernah ada.
satu pelabuhan kecil, yang kemudian.
harus kau lupakan,
mengapa tak kau cari pelabuhan lain,
yang akan memberikan rasa damai yang lebih?
Seandainya kau mau,
buka tirai di sanubarimu, dan kau akan tahu,
pelabuhan mana yang ingin kau singgahi untuk selamanya,
hingga pelabuhan itu jadi rumahmu,
rumah dan pelabuhan hatimu.
( Judul Puisi " Pelabuhan " karya Tyas Tatanka, kumpulan puisi 7 penyair

Matanya berkaca-kaca ketika perempuan itu selesai membaca dan
merenungi isi puisi itu. Dulu sekali perempuan itu telah pernah berharap pada
seorang laki-laki yang dia yakin baik dan hanif, ada kilasan - kilasan di
hatinya yang mengatakan bahwa mungkin dialah sosok yang selama ini dicari..
dialah sosok yang tepat untuk mengisi hari harinya kelak dalam bingkai
pernikahan.

Berawal dari sebuah pertemanan. Berdiskusi tentang segala hal, terutama masalah
agama. Perempuan itu sedang berproses untuk mendalami agama Islam dengan lebih
intens. Dan laki-laki itu, dia paham agama, aktif diorganisasi keislaman, dan
masih banyak lagi hal - hal positif yang ada dalam diri lelaki itu. Sehingga
kedekatan itu membawa semangat perempuan itu untuk terus menggali ilmu agama.dan
mempraktekkannya dalam kesehariannya.

Kedekatan itu berlanjut menjadi kedekatan
yang intens, berbagi cerita , curahan hati, saling meminta saran, saling
bertelepon dan bersms, yang akhirnya segala kehadirannya menjadikan suatu
kebutuhan. Kesemuanya itu awalnya mengatasnamakan persahabatan.
Suatu hari salah seorang sahabatnya bertanya " Adakah persahabatan yang murni
antara laki-laki dan perempuan dewasa tanpa melibatkan hati dan perasaan
terlebih bila sudah muncul rasa simpati, kagum dan kebutuhan untuk sering
berinteraksi?" Perempuan itu tertegun dan hanya bisa menjawab " entahlah.."
Sampai suatu hari, laki-laki itu pergi dan menghilang... Awalnya masih memberi
kabar. Selebihnya hilang begitu saja.

Dan perempuan itu masih berharap dan
menunggu untuk suatu yang tak pasti. Karena memang tidak pernah ada komitmen
yang lebih jauh diantara mereka berdua. Setiap dia mengenal sosok lelaki
lainnya... Selalu dibandingkan dengan sosok laki-laki sahabatnya itu dan
tentulah sosok laki - laki sahabatnya itu yang selalu lebih unggul dibanding
yang lain. Dan perempuan itu tidak pernah lagi membuka hatinya untuk yang lain.

Sampai suatu hari,..

Perempuan itu menyadari kesia-siaan yang dibuatnya. Ia berharap ke sesuatu yang
tak pasti hanyalah akan membawa luka dihati... Bukankah banyak hal yang
bermanfaat yang bisa dia lakukan untuk mengisi hidupnya kini.... Air mata nya
jatuh perlahan dalam sujud panjangnya dikegelapan malam... Dia berjanji untuk
tidak mengisi hari - harinya dengan kesia-siaan.

"Lalu bagaimana dengan sosok laki - laki itu ?? "Perlahan saya bertanya padanya.

"Saya tidak akan menyalahkan siapa-siapa, yang salah hanyalah persepsi dan
harapan yang terlalu berlebihan dari kedekatan itu, dan proses interaksi yang
terlalu dekat sehingga timbul gejolak dihati.... Biarlah hal itu menjadi proses
pembelajaran dan pendewasaan bagi saya untuk lebih hati - hati dalam menata hati
dan melabuhkan hati,"

ujarnya dengan diplomatis. Hingga saya menemukan perempuan itu kini benar - benar menepati janjinya.

Dunia perempuan itu kini adalah dunia penuh cinta dengan warna-warna jingga,
tawa-tawa pelangi , pijar bintang dimata anak anak jalanan yang menjadi anak
didiknya.... Cinta yang dialiri ketulusan tanpa pamrih dari sahabat-sahabat di
komunitasnya yang menjadikan perempuan itu produktif dan bisa menghasilkan
karya...cinta yang tidak pernah kenal surut dari kedua orang tua dan
keluarganya... Dan yang paling hakiki adalah cinta nya pada Illahi yang selalu
mengisi relung-relung hati..tempatnya bermunajat disaat suka dan duka...
Indahnya hidup dikelilingi dengan cinta yang pasti.

Adakalanya kita begitu yakin bahwa kehadiran seseorang akan memberi sejuta makna
bagi isi jiwa. Sehingga.... saat seseorang itu pun hilang begitu saja... Masih
ada setangkup harapan agar dia kembali....Walaupun ada kata-katanya yang
menyakitkan hati.... akan selalu ada beribu kata maaf untuknya.... Masih ada
beribu penantian walau tak pasti... Masih ada segumpal keyakinan bahwa dialah
jodoh yang dicari sehingga menutup pintu hati dan sanubari untuk yang lain.
Sementara dia yang jauh disana mungkin sama sekali tak pernah memikirkannya.
Haruskah mengorbankan diri demi hal yang sia-sia??

Masih ada sejuta asa.... Masih ada sejuta makna.....Masih ada pijar bintang dan
mentari yang akan selalu bercahaya dilubuk jiwa dengan menjadi bermakna dan
bermanfaat bagi sesama....

"Lalu... bagaimana dengan cinta yang dulu pernah ada?? '' tanya saya suatu hari.

Perempuan itu berujar,
" Biarkan cinta itu bermuara dengan sendirinya... disaat
yang tepat... dengan seseorang yang tepat.... dan pilihan yang tepat......hanya
dari Allah Swt. disaat dihalalkannya dua manusia untuk bersatu dalam ikatatan
pernikahan yang barokah.."

#eramuslim.com

Minggu, 25 Desember 2011

Waktu dan Kasih Sayang

Pada suatu ketika, ada sebuah pulau yang dihuni oleh semua sifat manusia. Ini berlangsung lama sebelum mereka menghuni tubuh manusia, dan lama sekali sebelum kita mengotak-ngotakkannya kedalam istilah baik atau buruk. Pokoknya mereka ada, dengan ciri-cirinya sendiri.
 
Bahkan sifat-sifat tersebut berdiri sendiri sebagaimana manusia.
Mungkin itu sebabnya pada akhirnya mereka bersatu.
Dipulau tersebut hiduplah Optimisme, Pesimisme, Pengetahuan, Kemakmuran, Kesombongan, dan Kasih Sayang.
 
Sudah barang tentu sifat-sifat yang lain hidup disana juga. Pada suatu hari dimaklumatkan bahwa pulau tersebut pelan-pelan tenggelam. Ketika sifat-sifat tersebut mendengar berita ini, mereka dilanda kepanikan.
Mereka berlarian kesana kemari seperti semut yang rumahnya diinjak sampai hancur.
 
Setelah beberapa saat mereka mulai tenang dan merencanakan tindakan positif.
Karena hidup di pulau, kebanyakan dari mereka punya perahu, jadi mereka semua memperbaiki perahu mereka dan mengatur pemberangkatan dari pulau.
 
Kasih Sayang belum siap. Dia tidak memiliki perahu sendiri. Mungkin dia telah meminjamkannya kepada seseorang bertahun-tahun yang lalu.
Dia menunda keberangkatannya hingga saat-saat terakhir agar dia bisa membantu orang lain bersiap-siap. Pada akhirnya Kasih Sayang memutuskan bahwa dia harus meminta bantuan.
 
Kemakmuran baru saja berangkat dari dermaga didepan rumahnya yang besar.
Perahunya besar sekali, lengkap dengan semua teknologi paling mutakhir dan perangkat navigasi. Jika bepergian dengannya sudah pasti perjalanan mereka akan menyenangkan.
"Kemakmuran," panggil Kasih Sayang, "bolehlah aku ikut bersamamu?"
"Tidak bisa," jawab Kemakmuran. "Perahuku sudah penuh.
Berhari-hari kuhabiskan untuk memenuhinya dengan seluruh emas dan perak milikku.
Bahkan hanya tersisa sedikit ruang untuk perabotan antik dan koleksi seni. Tidak ada ruang untukmu disini."
 
Kasih Sayang memutuskan untuk minta tolong kepada Kesombongan yang sedang lewat didepannya menaiki perahu yang unik dan indah.
 
"Kesombongan, sudikah engkau menolongku?"
"Maaf, " kata kesombongan. "Aku tidak bisa menolongmu.
Tidakkah kau lihat sendiri? Kamu basah kuyup dan kotor. Coba bayangkan, betapa kotornya dek perahuku yang mengilat ini nanti jika kamu naik."
 
Lalu Kasih Sayang melihat Pesimisme yang sedang berusaha sekuat tenaga mendorong perahunya ke air.
Kasih Sayang meletakkan tangannya ke buritan kapal dan membantu Pesimisme mendorong perahunya.
 
Pesimisme mengeluh terus menerus. Perahunya terlalu berat, pasirnya terlalu lembut, dan airnya terlalu dingin. Sungguh hari yang tidak tepat untuk melaut.
 
Peringatan yang diberikan mendadak sekali, dan pulau ini tidak seharusnya tenggelam.
Mengapa semua kesialan ini terjadi padanya? Mungkin dia bukan teman seperjalanan yang menyenangkan.
 
Situasi Kasih Sayang sudah sangat kepepet.
"Pesimisme, bolehkah aku menumpang perahumu?"
"Oh, Kasih Sayang, engkau terlalu baik untuk berlayar denganku. Sikapmu yang penuh perhatian bahkan menjadikanku merasa lebih bersalah dan tidak keruan.
 
Bayangkan, seandainya ada ombak besar yang menghantam perahu kita dan engkau tenggelam. Bagaimana menurutmu perasaanku jika itu terjadi? Tidak, aku tidak bisa mengajakmu."
 
Salah satu perahu yang dilihat terakhir kali meninggalkan pulau adalah Optimisme. Dia tidak percaya dengan segala omong kosong tentang bencana dan hal-hal buruk, yaitu bahwa pulau ini akan tenggelam. Seseorang akan mampu berbuat sesuatu dan sebelum pulau ini benar-benar tenggelam.
 
Kasih Sayang berteriak memanggilnya, tetapi Optimisme terlalu sibuk menatap kedepan dan memikirkan tujuan berikutnya sehingga dia tidak mendengar.
 
Kasih Sayang berteriak memanggilnya sekali lagi, tetapi bagi Optimisme tidak ada istilah menoleh kebelakang. Dia sudah meninggalkan masa lalu dibelakang, dan berlayar menuju masa depan.
 
Pada saat Kasih Sayang sudah nyaris putus asa, dia mendengar sebuah suara, "Ayo, naiklah keperahuku."
Kasih Sayang merasa begitu lelah dan letih sehingga dia meringkuk diatas perahu dan langsung tertidur.
 
Dia tertidur sepanjang perjalanan sampai nakhkoda kapal mengumumkan bahwa mereka telah sampai ditanah kering dan dia bisa turun.
Dia begitu berterimakasih dan gembira karena perjalanannya berjalan aman sehingga dia berterimakasih kepada sang nakhoda dengan hangat, kemudian meloncat kepantai.
 
Dia melambaikan tangannya ketika pelaut itu meneruskan perjalanannya. Baru pada saat itulah dia sadar kalau lupa menanyakan nama nakhoda itu.
 
Ketika dipantai dia bertemu dengan Pengetahuan dan bertanya,"Siapa tadi yang menolongku?"
 
"Itu tadi Waktu"jawab Pengetahuan.
 
"Waktu?" tanya Kasih Sayang,
"Mengapa hanya Waktu yang mau menolongku ketika semua orang tidak mau mengulurkan tangan?"
 
Pengetahuan tersenyum dan menjawab,"Sebab hanya Waktu yang mampu mengerti betapa hebatnya Kasih Sayang."
 
#George W Burns (psikoterapist) 

Jumat, 23 Desember 2011

Ibu, Ajariku tuk memilih pendamping hidupku !

Bismillah,
Suatu hari, seorang anak  lelaki bertanya pada Sang Ibu..
"Bu, jika kelak anakmu ini akan menikah. Istri seperti apa yang mesti kupilih ?"
Sang Ibu yang bijak pun menjawab,
"Nak, Seorang istri yang baik adalah dia yang saat kau pandang hilanglah resahmu.
Saat Kau bersamanya tentram hatimu. Saat kau pamit menjemput rizki, ia lambaikan tangannya sambil mendoakanmu..."

Selasa, 20 Desember 2011

Muhasabah Cinta

Wahai... Pemilik nyawaku
Betapa lemah diriku ini
Berat ujian dariMu
Kupasrahkan semua padaMu

Tuhan... Baru ku sadar
Indah nikmat sehat itu
Tak pandai aku bersyukur
Kini kuharapkan cintaMu

Reff. :
Kata-kata cinta terucap indah
Mengalun berzikir di kidung doaku
Sakit yang kurasa biar jadi penawar dosaku
Butir-butir cinta air mataku
Teringat semua yang Kau beri untukku
Ampuni khilaf dan salah selama ini
Ya ilahi....
Muhasabah cintaku...

Tuhan... Kuatkan aku
Lindungiku dari putus asa
Jika ku harus mati
Pertemukan aku denganMu

Muhasabah Akhir Tahun


Bismillah..
Tak terasa sebentar lagi kita akan meninggalkan tahun 2011 M dan menyongsong tahun baru 2012 Masehi. Ini berarti umur kita semakin berkurang. Otomatis kematian semakin dekat..dekat..dan dekat. Dengan berkurangnya umur kita, sudahkah kita di akhir tahun 2011 ini mempersiapkan diri dan meluangkan waktu untuk merenung, bermuhasabah (introspeksi) tentang apa-apa yang telah kita lakukan. 

Marilah segera kita bermuhasabah sebelum Allah menghisab kita. Khalifah Umar bin Khattab ra,” Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab oleh Allah swt. kelak. Bersiaplah menghadapi Hari Perhitungan yang amat dahsyat. Sesungguhnya hisab pada Hari Kiamat akan terasa ringan bagi orang yang selalu menghisab diri ketika di dunia.”

Ataukah malah sebaliknya. kita bukan mempersiapkan mengevaluasi diri, tapi mempersiapkan untuk memperingati malam tahun baru 2012 dengan segala kegiatan yang tidak bermanfaat, berfoya-foya dan mubadzir. Membeli seabrek petasan, kembang api, terompet bermacam-macam bentuk, topi, pesta minuman keras bahkan pesta sex. na’udzubillahi min dzalik.

Ingatlah Firman Allah swt.,” Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.” ( QS.Al-Isro’{17} : 27).

Coba tengok tetangga kita ! apa masih ada yang kelaparan dan membutuhkan uluran tangan ? kalau semua itu masih ada di sekitar kita, bukankah lebih baik memberikan uang yang kita hambur-hamburkan itu kepada mereka? atau kalau kita masih “enggan” memberikannya kepada mereka, minimal kita tidak membelanjakan harta kita untuk kemaksiatan. 
Diberdayakan oleh Blogger.